Jumat, 16 Januari 2015

Kabar7.com : IABIE Diskusi Refleksi Akhir Tahun 2014

IABIE MONTHLY TALKSHOW SERIES


Kabar7, Jakarta - IABIE pekan lalu mengadakan Talkshow, dengan tema "Diskusi Refleksi Akhir Tahun 2014". Untuk memberikan pandangan-pandangan dan perspektif IABIE terhadap berbagai kejadian-kejadian penting di tanah air selama tahun 2014 beserta Rencana Tindak di tahun 2015. Khususnya dalam 5 bidang yang dianggap penting saat ini antaranya, Perpolitikan, Kemaritiman, Energi dan Perminyakan, Manajemen dan Ketahanan Pangan Negara.


Adapun tujuan kegiatan adalah melakukan evaluasi dan refleksi akhir tahun terhadap hasil-hasil program pembangunan di Negara Kesatuan Republik Indonesia umumnya dan IABIE khususnya selama tahun 2014 dan memberikan rekomendasi terhadap Action Plan yang harus dilakukan oleh komponen bangsa ini dan juga peran yang bisa dilakukan oleh IABIE sebagai komponen bangsa.


Menurut DR. Poempida Hidayatulloh B. Eng, (Hon)., Ph.D, DIC: “Refleksi Politik Nasional Pasca Presiden Joko Widodo Terpilih” Konstalasi politik di Indonesia pada Tahun 2014 telah membuka mata dan pikiran serta konsentrasi masyarakat kepada dua moment penting yaitu Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden.




Ia mengatakan kondisi politik saat ini merupakan alur yang terjadi dikarenakan dua peristiwa politik tersebut. Dalam konteks polarisasi politik sejak Pilpres 2014, telah membawa dua partai lama yaitu PPP dan Partai Golkar ke dalam arus konflik internal. Sebaliknya partai-partai baru muncul menjadi pesaing bagi dua partai lama tersebut.

“Ini akan menjadi dinamika konflik yang terus terjadi secara sistemik dan akan menjadi preseden buruk bagi demokrasi di Indonesia. Akibatnya keberlangsungan partai politik manapun tidak terjamin dengan baik akibat konflik tersebut,”ujarnya.

Prof. Dr. Edvin Aldrian (Director of Research and Development CenterMeteorological. Climatological and Geophysical Agency (BMKG): “Refleksi Manajemen Bencana/Disaster Management”. Menurutnya Indonesia yang terletak di daerah tropis dan merupakan negara kepulauan yang berada diantara dua benua dan dua samudera serta berada di 3 lempeng aktif tektonik dunia sangat rawan akan bencana alam. Selain itu Indonesia juga memiliki jumlah gunung api aktif terbanyak di dunia yaitu 127 buah.

Edwin mengatakan bahwa Indonesia disebut sebagai laboratorium bencana dunia karena berbagai bencana sering terjadi disini. Berbagai kejadian bencana dan kecelakaan transportasi yang terjadi pada tahun 2014 telah memberikan pelajaran kepada kita bagaimana kita seharusnya dapat hidup secara harmoni dengan bencana.
Lebih lanjut, ia menjelaskan Permasalahan manajemen bencana dalama hal waktu penanganan dapat dibagi dalam dua hal yaitu pada periode sebelum dan sesudah bencana.

“Penanganan sebelum bencana disebut sebagai tindakan pengurangan risiko dan bersifat preventif. Sedangkan penanganan setelah bencana disebut sebagai tindakan penanggulangan atau bersifat pro aktif,”katanya.

Dr. Kaharuddin Djenod, M.Eng (Alumni - STAID 2 Jepang): Refleksi Kemaritiman Nasional. Kaharuddin mengatakan, bahwa Presiden Pertama RI, Ir.Soekarno pada tahun 1953.
Ia menyampaikan, usahakan agar kita menjadi bangsa pelaut kembali, bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya, bukan sekadar jongos di kapal, tetapi mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang.

Ia menambahkan, bahwanya Pidato diatas seakan menjadi pesan terakhir bagi pemimpin bangsa ini untuk mengingatkan akan identitas diri bangsa Indonesia ini adalah Negara Maritim. Kemaritiman Indonesia kian terpuruk ditengah semakin majunya kemaritiman negara-negara tetangga yang memiliki potensi maritim yang jauh lebih terbatas dibanding Indonesia. Berbagai usaha dilakukan oleh putra-putra bangsa yang dimotori oleh Presiden RI ke-3 BJ Habibie untuk bisa membangkitkan harga diri bangsa dengan membangun 2 pilar Industri yaitu PT.DI untuk kedirgantaraan dan PT. PAL Indonesia untuk kemaritiman, menjadi dasar-dasar yang tetap bisa bertahan dalam keterpurukan.

Dr. Ade Jamal (Alumni - STAID): Refleksi Pendidikan Tinggi Indonesia.
Ia menyampaikan bahwa Pasar bebas ASEAN (Masyarakat ekonomi ASEAN MEA) tahun 2015 menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi (PT) yang harus bersaing dalam menyiapkan tenaga kerja yang akan bersaing dengan SDM dari negara tetangga yang memiliki PT dengan peringkat dunia yang jauh diatas PT terbaik negara kita.

“Salah satu kriteria dimana PT Indonesia sangat lemah adalah bidang penelitian dan publikasi penelitian. Dari 3000 lebih jumlah seluruh PT Indonesia hanya sedikit yang sungguh-sungguh meningkatkan produktivitas dalam penelitian dan publikasi penelitiannya,”katanya.(Wem)


Sumber : kabar7.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar